Monday, October 20, 2014

Filled Under:

Sidis: Kisah tragis manusia paling jenius di dunia


Siapakah manusia paling jenius di dunia? Leonardo Da Vinci? John Stuart Mills? Atau Albert Einstein seperti anggapan masyarakat dunia selama ini? Ketiganya memang jenius besar, yang sangat berpengaruh di bidang masing-masing. Tetapi gelar manusia paling jenius yang pernah dimiliki dunia rasanya layak diberikan kepada William James Sidis. Siapakah dia? Namanya memang tenggelam dan kurang dikenal, meski angka intelligent quality (IQ) mencapai kisaran 250 – 300.
Kisah tragis manusia paling jenius

Sidis: Sudah menerbitkan buku sebelum umur 8 tahun.


Sidis lahir pada 1 April 1898 di New York, Amerika Serikat. Ayahnya, Boris Sidis, adalah psikolog andal berdarah Yahudi. Boris memberinya nama William James Sidis, untuk menghormati psikolog terkenal dunia, William James, yang juga dosennya saat menimba ilmu di Harvard Univertity.
Kejeniusan William James Sidis, atau sering disebut keajaiban Sidi, diawali ketika dia sudah mampu makan sendiri dan menggunakan sendok saat umurnya baru bulan. Wowww…!!!
Dari hari ke hari, perkembangan intelektualnya makin meningkat drastis. Kalau balita umumnya bisa membaca aksara pada umur 5-7 tahun, Sidis sudah bisa membaca sebelum umur dua tahun.
Bahkan, pada usia tersebut, Sidis bukan sekadar membaca dengan mengeja. Dia sudah benar-benar mampu membaca isi suratkabar New York Times, dan menjadikan koran itu sebagai teman sarapan paginya.

Kisah tragis manusia paling jenius
Umur 2 tahun sudah bisa membaca koran New York Times.
Sejak saat itu, nama Sidis menjadi langganan headline suratkabar di Amerika Serikat. Apalagi setelah dia mampu menerbitkan beberapa buku sebelum berusia 8 tahun. Buku yang ditulisnya antara lain mengenai anatomi dan astronomi.
Pada usia 11 tahun, Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai mahasiswa termuda. Seluruh sivitas akademika Harvard terpesona oleh kejeniusan Sidis, saat memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.
Lebih dasyat lagi, Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Dia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan hanya dalam sehari !!!



Kisah tragis manusia paling jenius
Menguasai 200 jenis bahasa di dunia dengan baik.
Keberhasilan William James Sidis adalah keberhasilan ayahnya juga, yang ingin menjadikan anaknya sebagai contoh untuk model pendidikan baru, sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas, dan penyakit sosial lainnya.
Tapi, siapa sangka Sidis meninggal pada usia relatif muda, 46 tahun, umur di mana seorang ilmuwan berada dalam masa produktif. Sidis meninggal pada tanggal 17 Juli 1944 di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam keadaan menganggur, terasing, dan sangat miskin. Ironis, tragis, dan miris !!!
Kisah tragis manusia paling jenius
Meninggal umur 46 tahun dalam kondisi menganggur dan miskin.
Berbagai pendapat dunia muncul setelah kematiannya yang begitu tragis itu. Sebagian besar menilai kehidupan Sidis sangat tidak bahagia.
Beberapa jurnalis kemudian mencoba mengorek informasi dari berbagai sumber, bahkan sebagian di antara mereka pernah memiliki rekaman wawancara terhadap Sidis ketika masih hidup. Pernah Sidis mengatakan kepada pers, bahwa popularitas dan kehebatannya sebagai ahli matematika membuat dirinya malah tersiksa.
Yang lebih mengagetkan lagi, Sidis pernah berbicara kepada pers kalau membenci matematika: ilmu yang selama ini melambungkan namanya.
Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya memiliki sedikit teman. Bahkan ia sering diasingkan oleh rekan-rekannya di kampus. Si jenius malang ini tidak pernah memiliki seorang pun wanita sebagai kekasih, apalagi istri.
Bahkan, lebih mengejutkan lagi, gelar sarjananya tidak pernah selesai. Dia meninggalkan kampusnya begitu saja, kampus yang menjadi incaran para jenius di seluruh dunia.
Begitu DO dari Universitas Harvard, Sidis memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya, dan mengasingkan diri.
Ada kesan bahwa Sidis ingin menjauhi semua kenangan mengenai kejayaan dan kejeniusannya sejak kecil hingga remaja. Ia memberontak pola pendidikan dan obsesi ayahnya.
Selama ini, Sidis memang tertekan dengan ambisi orangtua, serta pemolaan yang diberikan ayahnya. Kesadaran itu muncul ketika Boris sudah hampir menyelesaikan kuliahnya.



Kisah tragis manusia paling jenius
Boris, ayah Sidis, dianggap terlalu ambisius.


Mengharukan memang. Sidis memiliki keinginan kuat untuk menjadi diri sendiri, lari dari pengaruh sang ayah. Tetapi Sidis tidak kuasa melawannya di masa kecil dan remaja.
Apalagi pers dan publik pun terlanjur menjadikan dirinya sebagai langganan berita. Kemana pun Sidis bersembunyi, pers pasti bisa mencium dan mengejarnya.
Sidis tak bisa melepaskan pengaruh ayah begitu saja. Ia sudah terlanjur tertanam dalam sebuah bom waktu bernama popularitas, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri.
BONUS JUTAAN RUPIAH,.......
buruan join di indowinpoker : (cara nya tinggal klik gambar di atas dan register sekarang)

0 comments:

Post a Comment